Langsung ke konten utama

Penerapan Teori dalam Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran

    Ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman. Sekarang ini, pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah misalnya dari internet dan buku bacaan. Sehingga peserta didik diperlukannya berpikir secara kritis, logis, kreatif, serta  dapat mengolah informasi. Sebagian siswa menganggap pelajaran kimia itu sulit karena mempelajari tentang materi-materi dialam serta reaksi-reaksi yang terjadi akibat adanya interaksi dari materi-materi tersebut. Hal ini yang menyebabkan siswa sulit ntuk memahami materi kimia. Ilmu kimia juga erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, salah satu materi kimia yang banyak di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah larutan elektrolit dan non-elektrolit. 


Penelitian yang Relevan 

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung hubungan antara pelaksanaan model creative problem solving dengan meningkatkan self-efficacy peserta didik yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu,dkk., (2019) yang menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran creative problem solving memberikan hasil bahwa hasil observasi angket pre-test rata-rata nilai 56.22 , siklus I rata-rata nilai 59.94 dan siklus II rata-rata 69.41. dari hal ini dapat di nyatakan bahwa self efficacy siswa mengalami peningkatan dalam menampilkan tindakan baru yang digunakan untuk mengatasi suatu masalah dalam rangka mencapai tujuan karena menggunakan model pembelajaran creative problem solving yang dilaksanakan pada kelas XI IPA SMA PGRI 4. Berdasarkan kompetensi dasar yang ada pada silabus dari SMA materi pelajaran pada mata pelajaran kimia yang cocok untuk mengembangkan tingkat kepercayaan diri adalah materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Adapun salah satu faktor yang mepengaruhi keberhasilan belajar yaitu model pembelajaran creative problem solving (CPS) terhadap self efficacy siswa

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad, dkk (2018) menyatakan bahwa model pembelajaran creative problem solving dengan sikap yang dimiliki siswa sangat positif dimana didapatkan data modus persentase sikap siswa sebesar 78,27 dapat kita simpulkan proses pembelajaran creative problem solving adanya kesempatan yang diberi kepada siswa untuk memcahkan masalah dan juga materi sendiri dengan hal ini siswa merasa terlibatkan dalam suatu masalah dan membuat siwa termotivasi untuk belajar serta terlihatnya minat yang dimiliki dari setiap siswa. 

Selanjutnya, kemampuan pemecahan masalah pada siswa dilakukan oleh Senjayawati,dkk., (2018) menyatakan bahwa self efficacy siswa mengalami peningkatan dengan model pembelajaran creative problem solving yang menggunakan uji paramater normalitas N-gain didapatkan nilai < 0,000 yang berarti bahwa nilai siq tersebut < 0,05. Sehingga dapat dinyatakan bahawa self efficacy siswa dengan model pembelajaran creative problem solving lebih baik dari siswa yang mengunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran creative problem solving memiliki pengaruh terhadap self efficacy siswa dimana siswa mengalami peningkatan memecahkan masalah dengan percaya diri, termotivasi, memiliki sikap yang baik  dan mampu menghadapi situasi yang akan datang dan memperkirakan diri dalam melakukan tugas atau tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 


Teori Belajar Terhadap Model Creative Problem Solving (CPS)

Teori pembelajaran sosial yang dinyatakan oleh Bandura telah menjadi teori yang mungkin paling berpengaruh pada `pembelajaraan dan perkembangan, dimana teori-teorinya berakar pada konsep-konsep dasar teori belajar tradisional, Teori ini juga sudah menambahkan elemen sosial, dengan alasan bahwa orang dapat memelajari informasi dan perilaku baru dengan melihat oran lain, biasanya teori ini dikenal sebagai belajar observasi. Strategi pembelajaran yang berakar pada teori pembelajaran sosial yaitu membangun ekspetasi yang mendorong siswa untuk membangun self efficacy yang merupakan keyakinan akan kemampuan dirinya untuk mengorganisasikan dan melakukan aksi pada situasi yang ada demi keberhasilannya (Tung Yao, 2015).

Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran haruslah yang tepat , seperti mata pelajaran kimia yang merupakan pelajaran wajib di Sekolah Menengah Atas, salah satu materi pokok didalamnya yaitu materi larutan elektroit dan non elektrolit dimana ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, hanya saja peserta didik dituntut oleh pendidik untuk menghafal tanpa memahami materi tersebut yang terdapat konsep-konsep yang membutuhkan pemahaman dan hafalan yang cukup dari peserta didik tersebut.

Model yang cocok dalam materi ini yaitu Creative Problem Solving karena dapat mengatasi pemecahan masalah secara kreatif . Creative Problem Solving (CPS) merupakan suatu proses, atau sistem untuk mendekati suatu masalah didalam suatu jalan imaginative dan menghasilkan tindakan efektif. Dengan adanya hal ini, dapat di tekankan agar pengajaran memberikan kemampuan bagaimana cara memecahkan masalah yang objektif dan tahu benar apa yang dihadapi. Ketika dihadapkan dengan situasi pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Totiana,dkk., 2012).

Menurut Bruner, belajar bisa mendapatkan tujuan yang dicapai bagi peserta didik jika mereka memfokuskan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Peserta didik harus aktif mengidentifikasi sendiri dan mencari informasi tentang materi yang dipelajari tidak hanya sekedar menerima penjelasan dari guru namun juga bisa memecahkan masalah sendiri maka, hal inilah yang mendukung model creative problem solving baik diguankan pada materi kimia yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit.

Oleh karena itu, model pembelajaran Creative Problem Solving tentu mempunyai kelebihan. 

Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir, dan bertindak kreatif

Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

Mengembangkan kemampuan berpikr kreatif siswa, karena disajikan masalah pada  awal pembelajaran dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mecari arah-arah penyelesaian

Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah dengan tepat

Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki kedalam situasi baru

 

Komentar

  1. Saya Endah Sulityawati (RSA1C117013) ingin mengkritik sedikit tentang penjelasan model pembelajaran yang dipakai saudari anis dalam penelitian tersebut.

    Menurut saya dalam penjelasan penggunaan model tersebut alangkah baiknya jika sintaks dari model tersebut dijelaskan. Hal ini bertujun agar memudahkan pembaca untuk mengarahkan pikirannya sehingga pembaca lebih mudah mendapatkan gambaran bagaimana penerapan penggunaan model tersebut. Dengan begitu si pembaca juga mudah mendapatkan inspirasi dari bacaan yang disajikan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mekanisme Reaksi Substitusi Nukleofilik SN2

REAKSI S N 2 S N 2 merupakan reaksi satu tahap, bimolekular (reaksi tingkat dua) Nukleofil mendekati elektrofil pada sepanjang garis ikatan gugus-pergi elektrofil, dipol yang terbentuk oleh terlepasnya gugus elektronegatif itu menjadikan ikatan karbon mengandung muatan δ + . Nukleofil menyerang saat terlepasnnya gugus-pergi. Tindakan ini berkaitan dengan keadaan transisi( trasition state ,TS). A.Mekanisme Reaksi S N 2 Hanya terjadi pada alkil halide primer dan sekunder nukleofil yang menyerang adalah nukleofil kuat : OH - , CN - , CH 3 O dan serangan ini dilakukan dibelakang . Mekanisme S N 2 ialah proses satu-langkah,dinyatakan dengan persamaan berikut : Nukleofil menyerang dari sisi belakang dari ikatan C-L (ingat,ada cuping “cuping” yang kecil pada orbital ikatan hybrid sp 3 . pada tahap tertentu (keadaan transisi), nukleofil dan gugus pergi keduanya terikat secara parsial pada karbon d engan sepasang electron bebasnya , nukleofil memasok sepasang ele

Laporan Kimia Organik 2 : "Pembuatan Senyawa Organik Asam Pikrat"

JURNAL LAPORAN KIMIA ORGANIK 2 PEMBUATAN SENYAWA ORGANIK ASAM PIKRAT             Disusun Oleh : ANIS NABILA (RSA1C117014) DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs.SYAMSURIZAL,M.Si. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS JAMBI 201 9 VII.     Data Pengamatan Perlakuan Hasil Pengamatan dimasukkan fenol ke dalam labu dasar bulat, lalu ditambahkan Asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ), lalu di kocok. Apabila campuran senyawa tersebut menimbulkan panas maka tidak perlu dilakukan pemanasan Ketika labu dasar bulat yang berisi campuran fenol dan Asam sulfat pekat (H 2 SO 4 ) disentuh, labu tersebut terasa panas. Selanjutnya, labu didinginkan dalam ember berisi es dan didiamkan beberapa menit. Karena campuran fenol dan asam sulfat tersebut bereaksi menghasilkan panas, maka tidak di perlukan proses pemanasan. Labu yang berisi campuran tadi tambahkan Asa

Laporan Praktikum Kimia Organik 2 : " Pembuatan Asam Asetil Salisilat (Aspirin)

LAPORAN KIMIA ORGANIK 2 PEMBUATAN ASAM ASETIL SALISILAT (ASPIRIN) Disusun Oleh : ANIS NABILA (RSA1C117014) DOSEN PENGAMPU : Dr. Drs.SYAMSURIZAL,M.Si. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS JAMBI 201 9 VII.      Data Pengamatan Perlakuan Hasil Pengamatan Dimasukkan asamsalisilat dan asam asetat kemudian ditetesi H 2 SO 4 pekat pada labu Erlenmeyer , dan diaduk sambil dipanaskan pada penangas air suhu 50-60 oC selama 15 menit Larutan berwarna bening Didinginkan dan ditambah 50ml air sambil diaduk kemudian saring Kristal yang sudah terbentuk Terbentuk kristal putih Rekristalisasi :dimasukkan Kristal yang tebentuk ekdalam labu Erlenmeyer ditambahkan 5ml etanol-air 50% dan dipanaskan kembali Kristal melarut Disaring larutan dalam keadan panas menggunakan kertas saring,dan didinginkan dalam es batu Te